Dalam rangka menghasilkan peserta didik yang unggul
dan di harapkan, proses pendidikan senantiasa dievaluasi dan diperbaiki
kualitasnya. Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah munculnya
gagasan mengenai pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan
Indonesia.gagasan ini muncul karena proses pendidikan yang selama ini dilakukan
dinilai belum sepenuhnya berhasil dalam membangun manusia Indonesia yang
berkarakter. Bahkan, ada juga yang mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia
telah gagal dalam membangun karakter, penilaian tersebut didasarkan banyaknya
lulusan sekolah dan sarjana yang cerdas secara intelektual akan tetapi
berperilaku tidak sesuai dengan tujuan mulia pendidikan.
Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu hal
yang mudah dan cepat. Hal tersebut memerlukan upaya terus-menerus dan refleksi
mendalam untuk membuat dan membentuk watak seseorang. Pencanangan pendidikan
karakter tentunya dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban terhadap
persoalan bangsa yang saat ini banyak dilihat, didengar, yang mana banyak
persoalan yang muncul bersumber dari gagalnya pendidikan dalam menanamkan
nilai-nilai moral terhadap peserta didiknya. Tujuan pendidikan tidak hanya
membentuk siswa yang cerdas dan kompeten akan tetapi juga menciptakan siswa
yang berkarakter kuat.
- Pentingnya
pendidikan karakter
Menurut Munir
mendefinisikan karakter sebagai sebuah pola baik itu pikiran, sikap maupun
tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit
dihilangkan. (2010 : 3). Sedangkan pendidikan karakter sendiri dapat dimaknai
sebagai pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan budi pekerti dan
pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. (Martadi, 2010) Pendidikan
Karakter Karakter / budi pekerti bangsa adalah hal yang unik yang khas yang
menjadi unsur pembeda antara bangsa yang satu dengan bangsa lain yang merupakan
perpaduan karakter / budi pekerti dari seluruh warga negaranya.[1]
Pendidikan
karakter yang di terapkan di indonesia masih kurang berhasil karena dalam
pelaksanaanya belum mencakup semua sekolah dan belum maksimal sehingga dapat
menimbulkan dampak bagi perkembangan peserta didik seperti banyak pelanggaran
yang di lakukan oleh sisawa seperti tawuran antar pelajar maupun seorang
pejabat yang berpendidikan tinggi yang tidak kuat secara mental menghadapi
tanggungjawabnya sehingga melakukan tindak korupsi.
Karena
dalam proses
pendidikan di sekolah masih banyak yang mementingkan aspek kognitifnya
ketimbang psikomotoriknya, masih banyak guru-guru di setiap sekolah yang hanya
asal mengajar saja agar terlihat formalitasnya, tanpa mengajarkan bagaimana
etika-etika yang baik yang harus dilakukan. Sehingga
banyak sekali yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikaan karakter
disekolah. Konsep
karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu rencana pelaksanaan pembelajaran
di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan dipraktekkan.
-Model-model pembelajaran pendidikan
karakter
Dalam dunia pendidikan terdapat model-model pembelajaran yang di maksud dengan model pembelajaran yaitu suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Pembelajaran yang di maksud disini termasuk penggunaan media pembelajaran secara umum seperti buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. (Qoyce, 1992) Pembelajaran yang dilakukan yaitu salah satunya pembelajaran reflektif. Menurut Mezirou (1998) refleksi di bagi menjadi dua yaitu refleksi biasa dan refleksi intensif, refleksi merupakan proses belajar yang tidak mudah di wujudkan, lagi pula di antara kedua refleksi tersebut bisa berbeda-beda tingkatanya di antara individu yang satu dengan yang lainya. Pembelajaran reflektif di lakukan agar seorang siswa dapat merespons apabila sedang melakukan komunikasi dengan orang lain, pembelajaran tersebut di lakukan sejak usia dini maupun memasuki dunia sekolah TK/SD/SMP dan seterusnya hingga Perguruan Tinggi.
Dalam dunia pendidikan terdapat model-model pembelajaran yang di maksud dengan model pembelajaran yaitu suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Pembelajaran yang di maksud disini termasuk penggunaan media pembelajaran secara umum seperti buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. (Qoyce, 1992) Pembelajaran yang dilakukan yaitu salah satunya pembelajaran reflektif. Menurut Mezirou (1998) refleksi di bagi menjadi dua yaitu refleksi biasa dan refleksi intensif, refleksi merupakan proses belajar yang tidak mudah di wujudkan, lagi pula di antara kedua refleksi tersebut bisa berbeda-beda tingkatanya di antara individu yang satu dengan yang lainya. Pembelajaran reflektif di lakukan agar seorang siswa dapat merespons apabila sedang melakukan komunikasi dengan orang lain, pembelajaran tersebut di lakukan sejak usia dini maupun memasuki dunia sekolah TK/SD/SMP dan seterusnya hingga Perguruan Tinggi.
Perguruan tinggi merupakan merupakan
jenjang pendidikan kelanjutan dari jenjang-jenjang pendidikan sebelumnya dari
TK/SD-SMA. Seseorang tidak mungkin menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi tanpa
melalui jenjeng-jenjang pendidikan sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan apa
yang diungkapkan oleh Buchori (2010) sebagai berikut “pembentukan karakter
perlu waktu panjang, dari masa kanak-kanak sampai usia dewasa ketika seseorang
mampu mengambil keputusan mengenai dirinya sendiri dan mempertanggungjawabkan
kepada dirinya sendiri”. Karakter mahasiswa dapat dikembangkan melalui
pendidikan secara perlahan dan berkelanjutan, pendidikan karakter di Perguruan
Tinggi seyogyanya memperhatikan bahwa terbentuknya karakter seseorang itu
dipengaruhi oleh banyak faktor. Djohar (2011) mengidentifikasi 3 karakter yang
mempengaruhi terbentuknya karakter seseorang yaitu model budaya yang di bawa
sejak kecil, dampak lingkungan, dan kekuatan individu orang merespons dampak
lingkungan. Seorang mahasiswa dalam pelaksanaan perkuliahan pasti terdapat mata
kuliah ppkn yang mengajarkan bagaimana menjadi warga negara yang baik dan
berkarakter kuat.
Peranan pendidikan sangat besar pengaruhnya dalam menggapai
kemajuan sebuah bangsa dan negara ini. Dalam usaha mencapai tahap negara maju,
pembentukan Negara sangat bergantung dengan taraf pendidikan di suatu bangsa
tersebut. Nilai pendidikan sebuah bangsa akan lenyap begitu saja jika bangsa
tersebut lalai dan mudah terbawa arus globalisasit. Apabila sebuah bangsa
menganggap lalai maka bangsa tersebut akan sangat mudah terbawa arus
globalisasi di dunia ini dan akan mempengaruhi kebudayaan luar masuk ke
bangsanya sendiri.
Pendidikan merupakan bidang yang melibatkan dan memerlukan
komitmen semua pihak, baik dari kalangan bawah hingga kalangan ke atas. Jika
kesadaran akan pentingnya bidang pendidikan dalam kemajuan bangsa telah baik
dan menunjukan persentase yang terus berkembang maka itu telah menunjukan bahwa
negara itu telah berkembang, telah mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan
yang sangatlah penting ini dan akan lebih dekat lagi dengan tingkatan taraf
hidup yang telah menjadi tujuan negara ataupun bangsa tersebut.Sehingga dalam
hal tersebut pemerintah harus mengevaluasi pendidikan di negeri ini dengan
menerapkan pendidikan karakter di setiap sekolah dengan maksimal dan di dukung
dengan kualitas guru dan sekolah yang baik sehingga menghasilkan peserta didik
yang kelak akan menjadi pejabat yang berkarakter demi kemajuan bangsa ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan
pendidikan nilai, pendidikan moral, pendidikan budi pekerti dan pendidikan
watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan
berkelanjutan, yang diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran, diharapkan
dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang
mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik
secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Peserta
didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menerapkan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
terwujud dalam perilaku sehari-hari. Seorang anak akan menjadi cerdas emosinya,
kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong
masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala
macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Pendidikan karakter ini mencakup komitmen semua
orang yang di atas maupun yang di bawah dengan melakukan evaluasi pendidikan
sehingga kualitas pendidikan menjadi lebih baik dan kesadaran dari semua pihak
akan mendukung terselenggaranya pendidikan karakter yang bagus. Pendidikan memegang peranan peting
bagi kemajuan bangsa. Mulai dari mencetak generasi-generasi penerus bangsa yang
baik dan dapat memepertahankan ciri khas bangsa dan negaranya hingga
pemebentukan kepribadian dan karakter yang tangguh agar tidak terpengaruh
dengan yang telah terjadi pada era globalisasi ini.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Suyadi. (2006). Stategi
Pembelajaran Pendidikan Krakter. Bandung : penerbit PT. Remaja Posdakarya. (hal
14-15)
·
Majid, A., Dian
Andayani. (2012). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung : penerbit
Remaja Posdakarya. (hal 100)
·
Saptono. (2011) .
Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter, wawasan, strategi dan langkah praktis.
Jakarta : Erlangga. (hal 10)
·
Wibowo, A., Sigit
Purnama. (2013). Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. (hal 120, 121)
·
Budimansyah, Dasim.
(2012). Pencanangan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung : Widya Aksara
Press. (hal 15)
·
http://naniwidiarti.blogspot.com/2013/05/fungsi-pendidikan-bagi-kemajuan-bangsa.html